Friday, October 1, 2004

Candi candi



Ia bagaikan Borobudur, kamu bagaikan Prambanan
Tertambat mata memandang dewa, diam dalam susunan pasir bisu
Eksotis cerita yang menghampar, yang satu mengumbar kejayaan,
yang lain menarikan falsafah cinta
Ia bagaikan Borobudur, dan kamu itu adalah Prambanan

Silau dihantam bayangan stupa, ingin meraih matahari agaknya
Tetapi matahari itu jauh Borobudur! Bangunlah, lihatlah sekelilingmu
Tanpa pohon, tanpa kamera dan turis turis yang mabuk matahari tenggelam
Tanpa para biksu di malam Waisak, hanyalah stupa
Tapi sialan! aku terlanjur silau

Candi candiku akan larut, habis tak berbekas ditelan masa
Aku dipeluk dalam pasir Prambanan, mendekam dalam stupa Borobudur
Puisimu berlomba

Candi candiku
Dimana guratan bayang akan terukir? Hanyalah terukir dari pasir
Hasrat semata

[tau gak? sore itu hanya kami pribumi yang 'diizinkan' oleh penjaga Borobudur yang 'ramah' untuk menikmati tenggelamnya raja langit. mungkin hanya karena mereka bingung, ini pribumi apa bukan? Soalnya kami bicara pakai bahasa Inggris - kasihan! bangsa sendiri menolak teman sebangsanya untuk bisa menikmati alam Indonesia di Borobudur, hanya karena patrian di kepala mereka akan status] Seandainya saja kami pakai bahasa Jawa... atau bahasa Aceh... - potret pikiran komunitas kita]