Monday, October 27, 2008

Pemimpin yang adil (by Rachma)

Siang itu aku membuka email yang dikirim oleh seorang teman. Tentang Muhammad. Subhanallah,.. luar biasa Allah memberi kesempatan bagi umat di era ini untuk bisa belajar soal Muhammad via internet! Bayangin, ketemu aja belum, tapi rasanya kok menggugah hati luar biasa.

Aku jadi berpikir, siapa dari para pemimpin yang ada sekarang ini yang bisa mencontoh paling gak sekelumiiiiiit aja dari sifat Muhammad. Kita semua pemimpin. Di lingkungan masing-masing paling tidak. Ada gak kita mencoba untuk adil? Adil dalam versi apa?

Sering dalam malam, sambil minum kopi, aku dan Putra berdiskusi soal manusia. Banyak dari kita hanya mengatakan orang itu benar, atau baik, jika sesuai dengan standard kita. Tetapi jika lain sedikit saja dari apa yang kita inginkan maka dia "beda". Akan tetapi bagaimana dengan keadilan?

Hmm.. seandainya saja keadilan itu masih diterapkan oleh semua pemimpin. Bayangkan, Muhammad mengatakan akan memenggal tangan anaknya jika ia mencuri (banyak yang mikir pendek: Gila! Tangan anak sendiri dipenggal). Akan tetapi arti kalimat itu tidak pernah dipikirkan oleh para pemimpin bahwa: walau itu orang yang mereka cintai sekalipun, kalau memang tidak layak mendapatkan sesuatu, atau wajib dihukum, maka keadilan harus ditegakkan.

Hmm.. untuk hati dan pikiran kami, paling nggak akan ada hari perhitungan. Dimana keadilan akan menjadi yang setinggi-tingginya. Mereka yang lupa, bisa kita ingatkan. Pemimpin yang sudah diingatkan tapi gak mau dengar... ya.. itu urusannya...

Paling tidak, aku bersyukur hidup di antara pemimpin-pemimpin yang baik.

Out with you, you and you (BIG Family Trip)

Finally, the whole big family managed to go for fun! Aduh.. sumpah! pelajaran yang sangat berharga bagi kami untuk bawa grup yang cukup gede liburan! Kompilasi manula dan balita. Well, akhirnya kami bisa juga liburan sama, impian yang udah lama terpatri dalam otak dan hati kami, akhirnya.. Walau capek, nahan emosi :), tapi.. asooy geboy.. !!

Perjalanan mungkin meletihkan, tapi senang rasanya mereka bisa melihat sedikit perbedaan (nnggg.. mungkin banyak perbedaan) antara dataran Sumatra dengan dataran melayu di negara tetangga. Papa akhirnya ngomong.. "Lah, kenapa dengan kita? Kok buat jalan aja gak bisa ya? Parah..." sambil geleng-geleng kepala.. aku dan Ummi tersenyum simpul.. akhirnya tau juga kenapa kami selalu marah dengan negri ini. Sebenarnya bukan niat mo marah, cuma kecewa dengan apa yang seHARUSnya bisa kita raih, tapi kita lalaikan begitu saja...

Penang membuka begitu banyak kenangan bagi Ummi. Aku dan Putra kadang terdiam dalam langkah kami. Mikir.. seandainya semua bisa ikut.. seperti yang dulu direncanakan.. tapi ya rejeki tiap orang beda-beda.. sepanjang kita mau ambil hikmahnya..

Bagiku.. kehadiran semua yang ada saat itu cukup membawa nikmat!