Monday, August 24, 2009

2 malam yang lalu aku mimpi ketemu sama ayahku yang aku panggil Daddy dari kecil.. iya iya.. bukan sok bule.. tapi mungkin ortu lebih memilih panggilan yg rada nyentrik buat mrk waktu itu - dan iya, aku pangil ibuku Ummi.. nah yg ini kedengarn dari timteng...

Kenapa selalu mimpi Daddy? ya karena Ummi ku masih ada, jadi sedikit banyak masih sering ngopi bareng atau duduk bareng makan keripik sambil nonton tipi. Atau berdebat yang kadang seperti tiada habisnya :-)

Mimpi yang sedikit aneh karena aku jarang sekali mimpi soal Daddy. Di mimpi itu aku dan dia seperti terpisah ruangan dan pintu2 yang tidak terkunci tapi tidak bisa kumasuki. Sampai akhirnya tiba-tiba aku menemukan celah dan Daddy langsung merangkulku seperti waktu kecil dulu.. Daddy bertanya," Adek, kemana aja selama ini?" -- Lah.. dalam mimpi aku gak bisa menjawab, apalagi dalam realita. Kalaupun aku harus menjawab, maka aku harus ziarah lagi dan akhirnya berpura2 berbicara sama Daddy walaupun hanya nisan saja yang terlihat di hadapan - sambil menggunakan imajinasi - lagi dan lagi.

Mungkin, karena aku kurang bersyukur? Ato mungkin karena aku suka iseng? Ato mungkin karena ini bulan dari segala bulan? membuat aku berpikir paginya, sambil menyeka mata kiriku yang berair karena aku nangis di bantalku dalam tidur...... mungkin Daddy mau aku seperti waktu kecil? atau Daddy ingin aku berhati kuat?

Yah, gak tau lah... tapi yang jelas aku jadi nulis puisi dikit.. kalau kebaca seperti tolol ya mohon maklum.. namanya pemula yang jarang baca dan ga pernah belajar nulis puisi...semuanya hanya karangan instan di depan monitor...

[especially dedicated to Mas Puput and girls (walau ga FB-an), Sarah (sorry sweety if you dont understand, but you are included as you are important to me, Gita yg manis, Ameng yg lagi di Mecca.. doain Uni ya Meng..., Henni..iya ini temen suka curhat soal Bapak2 kami yang kami rasa top dan keren abis ...dan sahabat2 serta sodara2 yang ada di efbi, termasuk adik sepupuku Yuni yang manis..] Ini dia...



Berjingkat-jingkat di dalam gelap
Menebar pandangan ke dinding dinding kusam
Kakiku yang dingin terkena lantai tua
Kutarik selendang yang menutup rambut
Terjatuh lagi, kutarik lagi
Rambut ini terasa licin dan tidak mengerti
Bahwa, ada kala aku ingin hanya berdua
Dengan curahan hati
Hati yang kadang brengsek dan kepala yang kadang kurang ajar



Kutarik lagi selendang yang menutup rambutku



Duduk ku di sudut dan diam
Kuhela nafas, yang sedikit tersenggal ditekan malam
Mata yang terpejam mengulang semua
Baur indah dan marah – kenapa aku musti marah??
Toh semua aku juga penyebabnya
Sudah lama aku jauh, jauh tanpa aku sadari
Mungkin memang begini jejaknya
Aku hanya bisa berbicara dalam hati….berusaha menepis setan-setan



Dudukku di sudut dan diam
Tanganku terlipat dalam dekapan, terselubung oleh selendang
Ya Rabbi…sekali lagi, hanya Engkau curahan hati
Maafkan hambaMu di bulan ini,
Dan terima kasih karena telah mengerti, karena aku tidak merasakan hukumanMu
Tapi jika ada, jauhkanlah hukuman itu ….
karena malam ini, aku sadar aku mungkin tak layak di istanaMu



Tapi akankah kudapat hibaMu?
Karena aku tau, mungkin setelah ini aku akan mengulangi



Ampuni aku, karena mengkhianatiMu Kekasihku


Dan selendang itu terjatuh lagi...
Hatiku berpikir, kepalaku menuduh
Bagaikan imanku yang tumbuh dan pupus silih berganti


Sunday, August 23, 2009

Tidak ada judul (by Rachma)

Tiga malam yang lalu aku bermimpi bertemu Daddy... setelah pikiran dan hatiku gelisah tak berakar... tiap saat aku memikirkanNya.. tapi .. kali ini hanya berupa ketukan jari-ku di perangkat teknologi ini yang mungkin mengungkapkan sedikit rasa. Yang lain hanya akan kusimpan semata, untuk menjadi rahasia aku dan Dia...

Berjingkat-jingkat di dalam gelap
Menebar pandangan ke dinding dinding kusam
Kakiku yang dingin terkena lantai tua
Kutarik selendang yang menutup rambut
Terjatuh lagi, kutarik lagi
Rambut ini terasa licin dan tidak mengerti
Bahwa, ada kala aku ingin hanya berdua
Dengan curahan hati
Hati yang kadang brengsek dan kepala yang kadang kurang ajar

Kutarik lagi selendang yang menutup rambutku

Duduk ku di sudut dan diam
Kuhela nafas, yang sedikit tersenggal ditekan malam
Mata yang terpejam mengulang semua
Baur indah dan marah – kenapa aku musti marah??
Toh semua aku juga penyebabnya
Sudah lama aku jauh, jauh tanpa aku sadari
Mungkin memang begini jejaknya
Aku hanya bisa berbicara dalam hati….berusaha menepis setan-setan

Dudukku di sudut dan diam
Tanganku terlipat dalam dekapan, terselubung oleh selendang
Ya Rabbi…sekali lagi, hanya Engkau curahan hati
Maafkan hambaMu di bulan ini [ramadhan 2009]
Dan terima kasih karena telah mengerti, karena aku tidak merasakan hukumanMu
Tapi jika ada, jauhkanlah hukuman itu
…. karena malam ini, aku sadar aku mungkin tak layak di istanaMu

Tapi akankah kudapat hibaMu?
Karena aku tau, mungkin setelah ini aku akan mengulangi

Ampuni aku, karena mengkhianatiMu Kekasihku

Dan selendang itu terjatuh lagi...
Hatiku berpikir, kepalaku menuduh
Bagaikan imanku yang tumbuh dan pupus silih berganti