Akhirnya.. aku dapat kesempatan ke Nias. Bayangkan! Tinggal di Medan tapi belum pernah ke Nias.. ternyata memang kerja bisa membawa nikmat dan ilmu! :0)
Pagi, bangun pukul 4, langsung mandi dan bersiap - tas ransel putih yang memang sudah menemaniku ke mana mana sudah siap tersedia di depan pintu kamar. Sholat dan sarapan dengan cepat. hmmm.. Aqila kecil dan Ka' Dasha masih terlelap.. setiap hari aku menikmati pandangan yang sama... kedua periku terlihat begitu mirip dan lucu.. hanya saja, satu versi yang sudah 4 tahun dan yang satu baru setahun,.. tapi aku dan Putra tergila gila dengan mereka..
Quick kiss as always.. on the cheeks, on the neck.... I smelled their "minyak kayu putih" essence.. hmm..
Zoom, tiba di bandara Polonia dan menjumpai dua teman jurnalis yang sudah begitu akrab, ditambah bos baru yang juga ternyata, orangnya lucu dan santai - cocok dengan apa yang aku harapkan! Akhirnya kami memulai perjalanan dengan Merpati, yang kabin dalamnya luar biasa 'berembun' sampai sampai terasa seperti ada yang mau goyang dangdut! ha ha...
Pohon kelapa yang berbaris, hamparan laut yang biru dan pasir pantai yang bersih.. betapa aku cinta laut! (meski aku gak terlalu bisa berenang.. ) tetapi laut benar benar bisa menyejukkan hati. Dengan segera kami menyusuri jalan kampung, menujur RSU Gunung Sitoli, di sana aku tersentak dengan barisan masyarakat yang benar beanrtidak punya akses untuk pelayanan medis yang baik. Kasihan mereka.... antrian yang panjang, no! lebih cocok disebut seperti keroyokan... mereka tetap pada budaya 'susah ngantri' sampai akhirnya kami pun pusing melihat tidak ada tanda tanda kemajuan dalam proses pendaftaran. Akhirnya aku minta izin untuk membantu atur barisan - somebody got to do it! dan Ya Allah, memang susah mengajarkan budaya baris... sampai akhirnya aku berhasil juga, setelah bercucuran peluh dan kehabisan suara. Seperti biasa, aku meniru logat setempat, supaya cepat akrab saja dengan mereka.
Satu persatu diperiksa dengan sabar oleh dokter dokter USNS Mercy yang ditugaskan melakukan pemeriksaan awal. Berbagai macam penyakit mulai dari yang ringan, katarak, sampai tumor! Hhh... untung aku bukan dokter! Untung dulu gak jadi milih dokter! Aku bisa pingsan kalau harus mengobati mereka.
Setelah mereka settled, kami ke Pendopo Bupati untuk acara formal, antara Pemda setempat dan official dari USNS Mercy. Mercy menampilkan Band yang keren, semua menikmati. Sedangkan aku juga menghayalkan kalau saja semua warung warung yang membatasi pandangan dari Pendopo Bupati ke lepas pantai bisa dipindahkan.. seandainya saja kota Gunung Sitoli itu lebih tertata... di kejauhan aku melihat laut dan nelayan..
Dari sana kami ke panti asuhan untuk membantu beberapa 'tukang bangunan' USNS Mercy untuk survey, agar mereka juga bisa melakukan perbaikan. Perjalanan kemudian nanti akan dilanjutkan ke pelabuhan baru.
Sebelum ke pelabuhan kami pergi ke Museum Nias yang diwarnai oleh begitu banyak koleksi maket Omohada dan artifak Nias. Di salah satu sudut terlihat baju adat Cina yang sudah usang, dan ternyata para pedagang Cina pernah sampai ke daratan Nias di masa lampau. Kami menikmati juga jalan setapak di pinggir pantai, yang masih termasuk kawasan museum, melihat lagi ke laut lepas, yang di sebrangnya terdapat pantai Sibolga. Museum juga dilengkapi dengan kebun binatang mini.
Pelabuhan baru sudah dipebuhi oleh pasien yang akan dirawat di USNS Mercy, mereka menunggu boat yang hilir mudik untuk membawa mereka ke rumah sakit terapung itu. Satu pandangan yang menyentuh hatiku, 'Mr. Popeye' ntah siapalah namanya.. hanya saja yang aku tahu dia adalah seorang nelayan sipil biasa yang volunteer khusus untuk membantu. Buku buku tangannya berdarah karena terhempas ke dinding dok yang terbuat dari semen kasar, dan karena menarik tali kapal untuk menjaga kestabilan. Salut untuk kamu Popeye! You're great!.. Sesaat aku menjadi malu.. apa aku bisa berbuat yang sama? Apa bangsaku juga sudah banyak berbuat yang sama? hhh...
Menuju ke USNS Mercy, boat kami melaju dengan kencang. Terasa angin laut di wajah, meninggalkan butiran garam yang membuat kulit kami menjdi lengket. Rambutku pun acak acakan. Sesampainya di gerbang USNS Mercy, boat kami disambut oleh komandan kapal. Komandan yang dari tadi juga tidak berhenti bekerja - bukan hanya memerintah... tapi asli! ikut berpartisipasi. Orang orang seperti ini yang kita butuhkan, penuh dedikasi dan tanggung jawab.
Seharian itu kami menghabiskan waktu mengeksplorasi kapal, mulai dari kekaguman kami akan kerapihan kapal dalam menjada peralatan, menjaga kebersihan, fasilitas yang luar biasa... tetapi yang paling penting adalah kuatnya kerja sama. Di USNS Mercy tidak ada yang ingin menjadi bos, tetapi semua berpikir mereka harus bekerja, memberikan kontribusi yang sebanyak banyaknya...
No comments:
Post a Comment